PENGARUH
INFLASI, NILAI TUKAR DAN SUKU BUNGA SBI TERHADAP VOLATILITAS HARGA SAHAM
(Studi Pada
Perusahaan Yang Terdaftar Dalam Indeks LQ45 Periode 2008-2012)
Maslan
Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas
Tanjungpura
Pontianak
ABSTRACT
The purpose
of this study is to determine the effect of inflation, exchange rates and
interest rates SBI to stock price volatility companies listed on LQ45 period
2008-2012. The data used in this research is secondary data, while the sampling
technique used purposive sampling. The sample in this study amounted to 13
companies that made it into the sample and the exact criteria listed in LQ45
index during the study period. The analysis technique used is multiple
regression analysis and hypothesis testing using t test partial and coefficient
of determination.
From the
results of the analysis showed that the three partially independent variables,
namely inflation, exchange rates and interest rates SBI and significant
positive effect on the stock price volatility with a
significance level a = 5%. Predictive ability or the effect of these three variables to the volatility of the stock price is equal to 83.9% as at the show by the value of R Square of 0.839, while the rest influenced by other factors not included in the research model.
significance level a = 5%. Predictive ability or the effect of these three variables to the volatility of the stock price is equal to 83.9% as at the show by the value of R Square of 0.839, while the rest influenced by other factors not included in the research model.
Keywords: Volatility Stock Prices, Inflation, Exchange
Rate and Interest Rate Bank Indonesia certificates.
PENDAHULUAN
Pasar modal (capital market) merupakan tempat pertemuan
antara penawaran dengan permintaan surat berharga (Sunariyah, 2003:5).
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal memberikan pengertian yang
lebih spesifik mengenai pasar modal, yaitu “kegiatan yang bersangkutan dengan
penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan
efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan
efek”.
Salah satu
sekuritas yang di perdagangkan di Pasar Modal ialah Saham dan berbagai produk
turunannya. Saham adalah penyertaan modal dalam kepemilikan suatu perseroan
terbatas (PT) atau yang biasa disebut emiten (Sunariyah, 2003:30). Sebelum
melakukan investasi pada saham, biasanya para investor terlebih dahulu melihat
dua faktor yaitu faktor tingkat pengembalian saham (return) dan faktor risiko.
Setiap investor yang melakukan investasi saham memiliki tujuan yang sama, yaitu
mendapatkan capital gain dan deviden tunai yang diterima dari emiten karena
perusahaan memperoleh keuntungan (Mohamad Samsul, 2006:160). Penilaian harga
saham dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan yang sering digunakan
diantaranya adalah pendekatan tradisional dan pendekatan portofolio modern.
Untuk
menganalisis saham dengan pendekatan tradisional digunakan dua analisis yaitu
analisis teknikal dan analisis fundamental.
Penilaian harga
saham ini sangat dipengaruhi oleh seberapa besar tingkat optimisme investor terhadap
perusahaan. Pihak pembeli saham menginginkan kenaikan harga saham setelah
pembelian saham dan pihak penjual saham menginginkan penurunan harga saham
setelah penjualan saham. Tujuan yang berbeda antara penjual dan pembeli itu
tadi melatarbelakangi re-evaluasi yang mengkibatkan fluktuasi harga saham.
Fluktuasi atau naik turunnya harga saham dapat dilihat dangan volatilitas. Volatilitas
adalah pengukuran statistik untuk fluktuasi harga selama periode tertentu
(Firmansyah, 2006 dalam Lydianita Hudiga, 2011).
Tinggi rendahnya
volatilitas harga saham ini dapat dipengaruhi oleh faktor makro dan faktor
mikro. Faktor makro adalah faktor-faktor yang mempengaruhi perekonomian secara
keseluruhan, antara lain tingkat bunga yang tinggi, inflasi, tingkat
produktivitas nasional, politik dan lain-lain yang memiliki dampak penting pada
potensi keuntungan perusahaan, termasuk informasi-informasi tentang ekonomi
global di negara-negara lain yang berpotensi berdampak pada perekonomian
nasional. Faktor yang beraneka
ragam tersebut tentunya
mengakibatkan harga saham bergerak sangat fluktuatif. Tingginya
fluktuasi harga saham yang terjadi pada harga saham indeks LQ45 akan memicu volatilitas harga saham, hal ini
tentunya tidak lepas dari pengaruh faktor makro, namun dari beberapa fakor
tersebut sulit sekali menyimpulkan faktor mana yang berpengaruh dominan
terhadap volatilitas harga saham.
Perumusan
Masalah
1.
Apakah
terdapat pengaruh inflasi terhadap volatilitas harga saham perusahaan yang
terdaftar pada Indeks LQ45 periode tahun 2008-2012?
2.
Apakah
terdapat pengaruh nilai tukar terhadap volatilitas harga saham perusahaan yang
terdaftar pada Indeks LQ45 periode tahun 2008-2012?
3.
Apakah
terdapat pengaruh tingkat suku bunga SBI terhadap volatilitas harga saham
perusahaan yang terdaftar pada Indeks LQ45 periode tahun 2008-2012?
Tujuan
Penelitian
1.
Menguji
pengaruh Inflasi terhadap Volatilitas harga saham perusahaan yang terdaftar
pada Indeks LQ45 periode 2008-2012
2.
Menguji
pengaruh Nilai Tukar terhadap Volatilitas harga saham perusahaan yang terdaftar
pada Indeks LQ45 periode 2008-2012
3.
Menguji
pengaruh Tingkat Suku Bunga SBI terhadap Volatilitas harga saham perusahaan
yang terdaftar pada Indeks LQ45 periode 2008-2-12
METODE
PENELITIAN
Jenis penelitian
ini bila dinilai dari tingkat eksplanasinya ialah penelitian Deskriptif, yaitu
suatu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri, baik
satu variabel atau lebih (Independen) tanpa membuat perbandingan, atau
menghubungkan dengan variabel yang lain (Sugiyono, 2007:13). Sedangkan menurut
jenis data maka penelitan ini merupakan jenis penelitian kuantitatif, yaitu
penelitian dengan memperoleh data yang berbentuk angka atau data kualitatif
yang diangkakan (Sugiyono, 2007:13).
Variabel-variabel
yang digunakan dalam penelitian ini ialah Volatilitas harga saham sebagai
variabel Dependen. Sedangkan inflasi, nilai tukar dan tingkat suku bunga SBI
merupakan variabel Independen yang dianggap sebagai indikator-indikator yang
mempengaruhi tingginya volatilitas harga saham pada LQ45 tahun periode 2008
sampai dengan 2012. Data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah data
sekunder yang meliputi data harga saham perusahaan yang terdaftar pada Indeks
LQ45 di Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2008-2012 yang di kutip dari
Dunia Investasi.com, serta data kurs Rupiah terhadap $ US, suku bunga (SBI),
inflasi yang dipublikasikan periode tahun
2008 sampai dengan tahun 2012 oleh situs resmi Bank Indonesia (www.bi.go.id).
Variabel
Dependen adalah variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena
adanya variabel bebas (Sugiyono, 2007:59). Variabel Dependen yang digunakan
dalam penelitian ini adalah Volatilitas Harga Saham, yaitu pengukuran stasistik
untuk fluktuasi harga selama pariode tertentu (Firmansyah dalam Lydianita
Hudiga, 2011). Rumus untuk menghitung atau mengetahui volatilitas harga untuk
setiap saham ditunjukan dengan rumus yang dikemukakan oleh Parkinson, 1980
(dalam Lidianyta Hudiga, 2011) sebagai berikut:
sPV=
Keterangan :
sPV : High-low Volatility
Estimator
In : logaritma natural
N : jumlah observasi
Hi : Intraday
High Price
Li : Intraday
Low Price
Variabel
Independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah : inflasi, nilai tukar
dan tingkat suku bunga SBI yang dijelaskan di bawah ini:
1)
Inflasi
Inflasi adalah kecenderungan dari harga
umum untuk naik secara terus menerus pada masa waktu tertentu. Tingkat inflasi
yang digunakan adalah tingkat inflasi yang diperoleh dari Indeks Harga Konsumen
(IHK).
2)
Nilai
Tukar
Dalam penelitian ini paneliti
menggunakan Kurs Rupiah terhadap US Dollar di Bank Indonesia. Alasan mengapa
menggunakan Kurs US Dollar ialah karena banyak transaksi yang menggunakan Kurs
US Dollar sebagai alat transaksi dengan negara lain seperti ekspor dan impor,
membayar hutang, dan lain sebagainya. Variabel ini diukur dengan menggunakan
Kurs tengah Rupiah terhadap US $ di BI.
3)
Tingkat
Suku Bunga
Suku bunga yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dengan menggunakan Suku Bunga Bank Indonesia, yaitu suku
bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) jangka waktu satu bulanan untuk periode
tahun 2008 dan 2009, tenor 6 bulan untuk periode tahun 2010 dan tenor 9 bulan
untuk periode tahun 2011 dan 2012 yang dikeluarkan dan dipublikasikan oleh BI.
Populasi yang
digunakan dalam penelitian ini ialah 45 saham perusahaan yang masuk dalam
indeks LQ45 periode tahun 2008 sampai
dengan 2012. Sampel
penelitian ini mengambil perusahaan yang listed di dalam indeks LQ45 di Bursa
Efek Indonesia pada periode tahun 2008-2012. Teknik pengambilan sampel dipilih
secara Purposive sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data dengan
pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2007:392). Kriteria-kriteria yang menjadi
pertimbangan dalam penetapan sampel yaitu:
1. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan yang
sahamnya masuk dalam Indeks LQ45 yang terdaftar di BEI selama periode
2008-2012.
2. Perusahaan yang dijadikan sampel adalah perusahaan paling
aktif yang secara konsisten masuk sebagai anggota Indek LQ45 selama periode
2008-2012, dengan alasan untuk menghindari pengambilan sampel yang berpotensi
mengikutsertakan saham yang tidak aktif atau dengan kata lain saham yang tidak
masuk pada indeks LQ45 selama periode penelitan. Dari populasi sebanyak 45
perusahaan , diperoleh sebanyak 13 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel
tersebut.
HASIL DAN
PEMBAHASAN
Pada penelitian
ini menggunakan analisis statistik deskriptif guna memberikan suatu gambaran
data yang dilihat dari jumlah data (N), nilai minimum, nilai maksimum, mean dan
standar deviasi dari masing-masing penelitian. Berikut adalah hasil analisis
statistik deskriptif dengan menggunakan SPSS 16.0 dari variabel-variabel
penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 4.2
Statistik
Deskriptif
Descriptive Statistics
|
|||||
N
|
Minimum
|
Maximum
|
Mean
|
Std. Deviation
|
|
VLSAHAM
|
65
|
.202
|
.350
|
.25871
|
.039242
|
INF
|
65
|
2.78
|
11.06
|
5.7780
|
3.00384
|
NTKR
|
65
|
8779
|
10398
|
9464.40
|
559.103
|
SBI
|
65
|
4.33
|
9.36
|
6.8860
|
1.62853
|
Valid N
(listwise)
|
65
|
(Sumber : Data
SPSS 16.0 yang telah di olah, 2015)
Pada tabel 4.2 di atas menunjukan hasil
pengukuran variabel dependen yaitu
volatilitas harga saham dan variabel independen yaitu inflasi, nilai
tukar dan suku bunga SBI. Dari tabel di atas dapat diketahui :
1.
Variabel
Volatilitas harga saham memiliki nilai minimum
0,202 yaitu PT. Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) pada tahun 2012 (Tabel 4.1).
Volatilitas harga saham maximum 0,350 yaitu PT. Vale Indonesia
Tbk pada tahun 2008 (Tabel 4.1). Mean (nilai rata-rata) dari variabel
Volatilitas harga saham ialah 0,25871 dan memiliki standart deviation (simpangan baku) 0,39242.
2.
Variabel
Inflasi memiliki nilai minimum 2,78
yaitu pada tahun 2009 (Gambar 4.1). Inflasi maximum
(tertinggi) 11,06 yang terjadi pada tahun 2008 (Gambar 4.1). Mean (nilai
rata-rata) dari variabel ini yaitu 5,778 dan memiliki standart deviation 3.00384.
3.
Variabel
Nilai tukar memiliki nilai minimum
Rp8.779,00 yaitu pada tahun 2011 (Gambar 4.2). Nilai tukar maksimum sebesar
Rp10.398,00 yaitu pada tahun 2009 (Gambar 4.2). Mean dari variabel ini
Rp9.464,40 dan memiliki standart
deviation 559,103.
4.
Variabel
suku bunga SBI memiliki nilai minimum
4,33 yaitu pada tahun 2012 (Gambar 4.3). Suku bunga SBI maksimum ialah 9,36
yang terjadi pada tahun 2008 (Gambar 4.3). Mean dari variabel ini yaitu 6,886
dan memiliki standart deviation
1,62853.
Analisis Regresi
Berganda adalah alat untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau
lebih terhadap satu variabel terikat (untuk membuktikan ada tidaknya hubungan
fungsional atau hubungan kausual antara dua atau lebih variabel bebas terhadap
suatu variabel terikat Y. Tujuan
dalam pengolahan data menggunakan regresi berganda adalah untuk mencari
hubungan antar variabel independen dengan variabel dependen. Untuk mengetahui
pengaruh masing-masing variabel independen terhadap variabel dependen yaitu
inflasi, nilai tukar dan suku bunga SBI terhadap Volatilitas harga saham,
berikut hasil output statistik regresi berganda dengan menggunakan SPSS 16.0
dalam penelitian ini:
Tabel 4.9
Analisis Regresi Berganda
Coefficientsa
|
||||||
Model
|
Unstandardized Coefficients
|
Standardized Coefficients
|
t
|
Sig.
|
||
B
|
Std. Error
|
Beta
|
||||
1
|
(Constant)
|
-.063
|
.039
|
-1.643
|
.106
|
|
INF
|
.002
|
.001
|
.177
|
2.360
|
.022
|
|
NTKR
|
2.163E-5
|
.000
|
.317
|
4.882
|
.000
|
|
SBI
|
.015
|
.002
|
.633
|
7.982
|
.000
|
|
LAG_VLSAHAM
|
.296
|
.134
|
.124
|
2.200
|
.032
|
|
a.
Dependent Variable: VLSAHAM
|
(sumber
: data SPSS 16.0 yang telah diolah, 2015)
Dari
Tabel 4.9 di atas, maka model regresi berganda antar variabel independen
dan dependen dapat diformulasikan dalam
bentuk persamaan sebagai berikut:
VLSAHAM= -0,063 + 0,002 INF + 0,00002163 NTKR +
0,015 SBI + 0,05
Berdasarkan
hasil analisis regresi berganda tersebut, ditemukan adanya hubungan antara
variabel independen yaitu : inflasi (INF), nilai tukar (NTKR) dan suku bunga
SBI (SBI) dengan variabel dependen yaitu volatilitas harga saham (VLSAHAM).
Koefisien
determinasi menunjukkan seberapa besar kemampuan variasi variabel independen
dalam model untuk menjelaskan variasi variabel dependen. Nilai dari R Square adalah nol hingga satu. Nilai
koefisien determinasi menunjukan seberapa besar variasi perubahan variabel
independen mampu menjelaskan perubahan variabel dependen. Batasan dari nilai
koefisien determinasi ini adalah 0<<1. Apabila nilai koefisien determinasi
sebesar 1(100%), maka menunjukkan adanya hubungan sempurna yang berarti
variabel independen mampu menjelaskan pengaruhnya terhadap variabel dependen,
sedangkan nilai koefisien determinasi sebesar 0 menunjukkan tidak terdapat
hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen.
Berikut
hasil output statistik koefisien determinasi dengan menggunakan SPSS 16.0 dalam
penelitian ini:
Tabel 4.11
Koefisien
Determinasi
Model Summaryb
|
||||
Model
|
R
|
R Square
|
Adjusted R Square
|
Std. Error of the Estimate
|
1
|
.916a
|
.839
|
.828
|
.01592
|
a. Predictors: (Constant), LAG_VLSAHAM, SBI, NTKR, INF
|
||||
b.
Dependent Variable: VLSAHAM
|
(sumber : data
SPSS 16.0 yang telah diolah, 2015)
Pada
Tabel 4.11 di atas diperoleh angka R sebesar 0,916, artinya terjadi hubungan
yang kuat antara variabel inflasi, nilai
tukar dan suku bunga SBI terhadap volatilitas harga saham. Sedangkan nilai R Square sebesar 0,839 atau 83,9% , hal
tersebut menunjukan bahwa persentase sumbangan pengaruh variabel inflasi, nilai
tukar dan suku bunga SBI terhadap
volatilitas harga saham sebesar 83,9%, atau dengan kata lain variasi variabel
independen tersebut mampu menjelaskan sebesar 83,9% variabel dependen.
Sedangkan sisanya (100% - 83,9% = 16,1%) dipengaruhi dan dapat dijelaskan oleh
variabel lain yang tidak dimasukan kedalam model penelitian ini.
Nilai
Adjusted R Square adalah R Square yang telah disesuaikan sebesar
0,828, hal ini menunjukan bahwa 82,8%
variasi atau perubahan dalam volatilitas harga saham dapat dijelaskan
oleh inflasi, nilai tukar dan suku bunga SBI. Sedangkan nilai Standar Error of the Estimate adalah
suatu ukuran banyaknya kesalahan model regresi dalam memprediksi nilai
volatilitas harga saham. Dari hasil regresi ini didapatkan nilai Standar Error of the Estimate sebesar
0,01592.
Berdasarkan
analisis data dan hasil analisis uji hipotesis (Uji Parsial / Uji t) dalam
penelitian ini dapat dijelaskan bahwa:
4.4.1 Pengaruh
Inflasi terhadap Volatilitas Harga Saham
Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa inflasi berpengaruh
positif dan signifikan terhadap volatilitas harga saham. Setiap perubahan
inflasi sebesar satu satuan, maka variabel Y (volatilitas harga saham) akan
berubah sebesar 0,002 satuan. Penelitian ini tidak sejalan dengan pendapat yang
dikemukakan oleh Zan (2003), bahwa semakin tinggi inflasi maka volatilitas
harga saham akan cenderung menurun. Hal tersebut sesuai dengan hasil
penelitannya pada bursa efek Taiwan dan Korea Selatan yang menyatakan bahwa
inflasi berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham.
Perbedaan hasil
dari penelitian tersebut mungkin dikarenakan penelitian yang dilakukan oleh Zan
menggunakan data indeks saham gabungan pada bursa efek Taiwan dan Korea
Selatan, serta penelitian tersebut di lakukan pada periode 1997-2002 yang mana
terjadi krisis moneter yang menghantam hampir semua negara di Asia. Pada
periode tersebut tingkat inflasi sangat tinggi sehingga para investor lebih
memilih untuk berinvestasi pada sekuritas yang lain dibandingkan dengan saham,
serta para pemegang saham lebih memilih menahan/memegang sahamnya bila
dibandingkan dengan menjual dengan harga yang rendah sehingga volatilitas harga
saham menurun bila pada saat inflasi meningkat.
Sedangkan
penelitian ini menggunakan indeks LQ45 yang mana hanya perusahaan yang terjamin
liquid dan kapitalisasi pasar terbesar di BEI yang menjadi sampel , dan
tentunya periode pengamatan yang berbeda yaitu tahun 2008-2012. Meskipun pada
tahun 2008 terjadi krisis hingga inflasi mencapai 11,06% namun para investor
masih tetap tertarik untuk berinvestasi pada saham. Hal tersebut tampak pada
volume penjualan pada saham perusahaan sampel yang masih stabil, hanya saja
volatilitas harga saham yang cukup besar bila dibandingkan tahun lainnya (
tahun periode pengamatan).
Hubungan positif antara volatilitas harga
saham dan inflasi ini diyakini karena adanya kepercayaan investor kepada
perusahaan (Emiten) dan pemerintah terhadap perekonomian Indonesia pada periode
tersebut, namun sebagian investor melepas (menjual) sahamnya atas dasar
kekhawatiran perekonomian akan buruk dalam waktu yang cukup lama dengan
pertimbangan tingkat inflasi yang begitu tinggi. Adanya perbedaan pendapat dan
prinsip-prinsip investor mendeskripsikan tingkat inflasi membuat aksi jual dan
beli saham semakin berfluktuasi sehingga mendorong volatilitas harga saham
menjadi meningkat.
Namun hasil
penelitian ini yang menyatakan bahwa inflasi berpengaruh positif dan signifikan
terhadap volatilitas harga saham semakin memperkuat penelitian Schwert (1989),
Dritsaki (2003) dan Lydianita Hudiga (2011) yang menyatakan hal yang sama bahwa
inflasi signifikan dan berpengaruh positif terhadap volatilitas harga saham.
4.4.2 Pengaruh
Nilai Tukar terhadap Volatilitas Harga Saham
Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa nilai tukar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap volatilitas harga saham,
dengan kata lain setiap perubahan sebesar satu satuan nilai tukar, maka
volatilitas harga saham juga akan cenderung meningkat sebesar 0,000021 satuan.
Hasil penelitian ini semakin memperkuat penelitian-penelitian sebelumnya yang
menyatakan hal yang sama, seperti penelitian yang di lakukan oleh Zan (2003)
dan Lydianita Hudiga (2011) bahwa nilai
tukar berpengaruh positif dan signifikan terhadap volatilitas harga saham.
Ketika nilai
tukar meningkat, sebagian investor menilai prospek perekonomian Indonesia akan
melambat (suram). Sebab depresiasi rupiah dapat terjadi apabila faktor
fundamental perekonomian Indonesia tidaklah kuat, sehingga dolar Amerika akan
menguat dan akan menurunkan IHSG, hal ini tentunya akan menambah risiko bagi
para investor apabila hendak berinvestasi di bursa saham.
Namun menurunnya
IHSG tidak selalu membuat semua investor beranggapan bahwa itu merupakan hal
yang buruk, karena sebagian investor masih tetap berinvestasi pada bursa saham
dengan alasan mengharapkan capital gain. Ketika sebagian investor ingin menjual
sahamnya dan berniat untuk berinvestasi pada pasar uang atau yang lainnya,
namun di waktu yang sama sebagian investor lain meyakini bahwa saat itu ialah
waktu yang tepat karena harga saham dinilai lebih murah/menurun dan berharap
nilai tukar akan turun sehingga perekonomian di nilai akan membaik sehingga
IHSG akan meningkat kembali. Perbedaan dari kedua reaksi investor tersebut
cenderung membuat volatilitas harga saham meningkat searah dengan nilai tukar.
4.4.3 Pengaruh
Suku Bunga SBI terhadap Volatilitas Harga Saham
Hasil penelitian
ini menunjukan bahwa suku bunga SBI signifikan dan berpengaruh positif terhadap
volatilitas harga saham. Dengan kata lain penelitian ini menunjukkan
meningkatnya Suku bunga SBI sebesar satu satuan, maka volatilitas harga saham
juga akan meningkat sebesar 0,015. Penelitian ini semakin memperkuat penelitian
yang dilakukan oleh Schwert (1989) dan Dritsaki (2003) yang menyatakan bahwa
suku bunga berpengaruh positif terhadap volatilitas harga saham.
Perubahan suku
bunga bisa mempengaruhi variabilitas return suatu investasi. Jika suku bunga
meningkat, maka harga saham akan cenderung menurun dan sebaliknya. Suku bunga
SBI yang tinggi tidak menggairahkan perkembangan usaha-usaha karena
mengakibatkan suku bunga bank lain cenderung akan tinggi juga. Hal ini akan
mengkibatkan tingginya risiko berinvestasi di pasar modal, termasuk investasi
pada bursa saham.
Secara teori
tingkat suku bunga berpengaruh negatif terhadap harga saham, karena suku bunga
yang tinggi membuat risiko sistematik saham akan meningkat sedangkan return
yang di tawarkan oleh investasi lain seperti deposito, dan SBI yang memiliki
risiko kecil akan meningkat. Kenaikan suku bunga tersebut membuat sebagian
investor lebih cenderung menjual saham mereka, namun sebagian investor yang
lain tetap memilih untuk berinvestasi pada bursa saham sehingga
penjualan/transaksi masih tetap terjadi dengan harga saham yang berfluktuasi/
volatilitas harga saham yang tinggi.
PENUTUP
Kesimpulan
Penelitian ini merupakan penelitian yang
menguji faktor-faktor makro ekonomi yang dianggap mempengaruhi Volatilitas
harga saham, diantaranya ialah inflasi, nilai tukar rupiah dan suku bunga SBI.
Objek penelitian pada penelitian ini ialah saham-saham perusahaan yang masuk
indeks LQ45 selama periode 2008-2012 dengan metode Purposive sampling sehingga dari 45 perusahaan hanya 13
perusahaan yang memenuhi kriteria sampel.
Berdasarkan
analisis yang telah dilakukan dalam penelitian ini, sehingga dapat disimpulkan sebagai
berikut:
1.
Berdasarkan
hasil pengujian secara parsial (Uji t) pada variabel inflasi (INF), diketahui
bahwa nilai koefisien regresi adalah 0,002 dan tingkat signifikansi sebesar
0,022 (0,022 < 0,05). H1 diterima, artinya inflasi (INF) berpengaruh positif
dan signifikan terhadap Volatilitas harga saham perusahaan yang terdaftar pada
Indeks LQ45 periode 2008-2012.
2.
Berdasarkan
hasil pengujian secara parsial (Uji t) pada variabel nilai tukar (NTKR),
diketahui bahwa nilai koefisien regresi adalah 0,0000216 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,00 (0,00 < 0,05). H2 diterima, artinya nilai tukar
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Volatilitas harga saham perusahaan
yang terdaftar pada Indeks LQ45 periode 2008-2012.
3.
Berdasarkan
hasil pengujian secara parsial (Uji t) pada variabel nilai suku bunga SBI
(SBI), diketahui bahwa nilai koefisien regresi adalah 0,015 dan tingkat
signifikansi sebesar 0,00 (0,00 < 0,05). H3 diterima, artinya suku bunga SBI
berpengaruh positif dan signifikan terhadap Volatilitas harga saham perusahaan
yang terdaftar pada Indeks LQ45 periode 2008-2012.
Saran
Dari kesimpulan
dalam penelitian ini, maka saran yang dapat diajukan adalah sebagai berikut:
1.
Bagi
investor, penelitian ini hendaknya dapat dijadikan sebagai salah satu parameter
dan referensi sebagai dasar pengambilan keputusan dalam berinvestasi pada
saham. Hasil penelitian ini diharapkan juga bisa dijadikan bahan pertimbangan
bahwa dalam menilai harga saham bukan hanya dipengaruhi oleh faktor internal
maupun faktor mikro saja, faktor makro juga punya peran yang cukup besar dalam
mempengaruhi volatilitas harga saham sehingga sangat layak untuk diperhitungkan
guna meminimalisasi hal-hal yang tidak diinginkan.
2.
Bagi
peneliti, diharapkan untuk penelitian selanjutnya agar menambah periode
pengamatan lebih lama, menambah jumlah variabel yang tidak dijelaskan dalam
penelitian ini atau bahkan membandingkan pengaruh faktor mikro dan pengaruh
faktor makro terhadap volatilitas harga saham
guna menghasilkan penelitian yang jauh lebih baik dan menarik.
DAFTAR
PUSTAKA
Admati,
A.and Pfleiderer, P. 1988. A
Theory of Intraday Patterns Volume and Price Variability. Review of
Financial Studies 1,3 – 40.
Boediono,1985.“Ekonomi Moneter”, Edisi ketiga (cetakan
ke-10), Yogyakarta:BPFE-YOGYAKARTA
_______ ,2010. Ekonomi Makro. Edisi Ketiga. BPFE:Yogyakarta
Chan, K.
And Fong, W.
2000. Trade size, Order
imbalance, and The VolatilityVolume Relation. Journal of
Financial Economics 57, 247 – 273.
Dritsaki,
Melina, Chaido Dritsaki. 2003. Macroeconomic
Determinants of Stock Price Movement:An Empirical
Investigation of the
Greek Stock Market. University of Macedonia
Gujarati, Damodaran.2006 “Dasar-Dasar Ekonometrika”, Jilid
Dua Edisi Ketiga, Jakarta:Erlangga.
Hadi,
Nor, 2013, Pasar Modal, Yogyakarta:
GRAHA ILMU
Hugida,
Lydianita., 2011. “Analisis Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Volatilitas Harga Saham (Studi pada Perusahaan yang terdaftar
dalam indeks LQ45 Periode 2006-2009), Jurnal UNDIP
Jogiyanto,
1998. Teori Portofolio dan Analisis
Investasi, BPFE:Jogyakarta.
Mamoon,
Dawood. 2007. Macro Economic Uncertainty
of 1990s and Volatility at Karachi Stock Exchange. Munich Personal RePEc
Archive Paper.
Priyatno,
Duwi, 2014. SPSS 22 Pengolahan Data
Terpraktis. CV ANDI OFFSET:Yogyakarta
Ratih
,Dyah Sulistyastuti, 2002. Saham dan
Obligasi. Universitas Atma Jaya Yogyakarta:Yogyakarta.
Riantani,
Suskim dan Maria Tambunan.2013.Analisis
Pengaruh Variabel Makroekonomi dan Indeks Global terhadap Return Saham.
Seminar Nasional Teknologi Informasi dan Komunikasi Terapan (SEMANTIK),
Semarang, 16 November.ISBN:9792602666.
Riyanto, B.,
1990. Dasar‐dasar Pembelanjaan
Perusahaan. Yayasan
Badan Penerbit Gajah Mada,
Yogyakarta
Samsul,
Mohamad. 2006 “Pasar Modal dan Manajemen
Portofolio”, Erlangga:Jakarta
Schwert, G.
William. 1989. Why Does
Stock Market Volatility
Change Over Time?. The
Journal Of Finance. Vol. XLIV, No. 5
__________________.
1990. Stock Volatility and
the Crash of 87. Review of
Financial Studies 3. 77-102.
Sugiyono.
2007. Matode Penelitian Bisnis-Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:CV.ALFABETA
Suliyanto.
(2011). Ekonometrika Terapan – Teori dan
aplikasi dengan SPSS. Yogyakarta:Penerbit ANDI.
Sumantoro.1990.
Pengantar Tentang Pasar Modal di Indonesia.
Edisi Pertama. Jakarta:Ghalia Indonesia
Sunariyah.2003.
Pengetahuan Pasar Modal. Ed.3.
Yogyakarta:(UPP) AMP YKPN
Tandelilin, Eduardus. 2010.Analisis Investasi dan
Manajemen Portofolio. BPFE :Yogyakarta
www.bi.go.id (Online) diakses
tanggal 25 Januari 2015
www.britama.com/index.php/2012/05/ (Online) diakses pada tanggal 17 Februari
2015
www.dunia investasi.com (Online) diakses tanggal
25 Januari 2015
Yuswandi, Yowedy.
“Analisa Pengaruh
Harga Minyak Dunia,
Harga Emas Dunia, Nilai Tukar Rp
Terhadap USD dan Indeks IHSG Terhadap Return Saham (Studi Kasus Saham-Saham
Sinaemas Group)”, Vol 1, No 1, Jurnal Pasar Modal dan Perbankan ISSN 2301-
4733, Mei 2012.
Zan, Song,
Chiou Wei. 2003. The
Macroeconomic Determinants of
Stock Price Volatility:Evidence From
Taiwan, South Korea,
Singapore, and Hong Kong. Department
of Managerial Economics
and Institute of
Economics Nan-Hua University.
rumus menghitung volatilitas nya itu caranya gimana yaa... mksh.
ReplyDelete
ReplyDeleteApakah anda termasuk dalam kategori di bawah ini !!!!
1"Dikejar-kejar hutang
2"Selaluh kalah dalam bermain togel
3"Barang berharga anda udah habis terjual Buat judi togel
4"Anda udah kem***-m*** tapi tidak menghasilkan solusi yg tepat
5"Udah banyak Dukun togel yang kamu tempati minta angka jitunya
tapi tidak ada satupun yang berhasil..
Solusi yang tepat jangan anda putus asah... KI JAYA WARSITO akan membantu
anda semua dengan Angka ritual/GHOIB:
butuh angka togel 2D ,4D, 6D SGP / HKG / MALAYSIA / TOTO MAGNUM / dijamin
100% jebol
Apabila ada waktu
silahkan Hub: KI JAYA WARSITO DI NO: [[[085-342-064-735]]]
ANGKA RITUAL: TOTO/MAGNUM 4D/5D/6D
ANGKA RITUAL: HONGKONG 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; KUDA LARI 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; SINGAPUR 2D/3D/4D/
ANGKA RITUAL; TAIWAN,THAILAND
ANGKA RITUAL: SIDNEY 2D/3D/4D
DAN PESUGIHAN TUYUL