TUGAS
TERSTUKTUR MATA KULIAH PERILAKU ORGANISASI
KONFLIK
DAN NEGOSIASI
Disusun
Oleh:
Maslan
|
B11111093
|
Muhammad
fatir
|
B11111074
|
PROGRAM
STUDI MANAJEMEN
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
TANJUNGPURA
PONTIANAK
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah
puji dan syukur kami panjatkan kehadirat tuhan yang maha esa, karena berkat
rahmat dan hidayahnya maka makalah ini dapat terselesaikan.
Dalam
kesempatan ini kami juga mengucapkan banyak-banyak terimakasih kepada Titik
Rosnani, SE,M.Si selaku dosen mata kuliah perilaku organisasi yang telah
memberikan kesempatan dan kepercayaan kepada kami untuk membuat sekaligus
membahas makalah yang berjudul Konflik dan Negosiasi.Bantuan dan kerjasama dari
teman-teman juga telah mempermudah dalam menyelesaikan makalah ini, Makalah ini
banyak membahas tentang konflik dan negosiasi yang sering terjadi baik pada
individu, kelompok maupun suatu organisasi.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, namun penulis telah
berusaha semaksimal mungkin dengan segala kemampuan yang dimiliki. Oleh karena
itu, penulis mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif untuk menyempurnakan
makalah ini.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah
ini bermanfaat bagi kita semua.
Pontianak,
September 2013
Penulis
Maslan
dkk
DAFTAR ISI
DAFTAR
ISI
KATA
PENGANTAR ......................................................................................... i
DAFTAR
ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Pokok bahasan................................................................................. 2
1.3. Tujuan ............................................................................................. 2
BAB
II PEMBAHASAN..................................................................................... 3
2.1.
Defenisi Konflik ............................................................................. 3
2.2. Transisi atau perkembangan tentang
pemikiran konflik................... 4
2.3
Jenis dan proses konflik................................................................... 4
2.4
Teknik pemecahan konflik............................................................... 9
2.5. Defenisi
Negosiasi/Perundingan...................................................... 11
2.6.
Pendekatan
negosiasi......................................................................
11
2.7. Proses
Perundingan........................................................................
. 12
2.8.
Isu-isu dalam perundingan..............................................................
14
BAB
III PENUTUP............................................................................................. 17
3.1. Kesimpulan...................................................................................... 17
DAFTARPUSTAKA............................................................................................18
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Sebelum membahas lebih lanjut mengenai konflik dan negosiasi
maka perlu dipahami pengertian dasarnya untuk mempermudah interpretasi dan
pemaknaannya atas fenomena yang terjadi dalam hukum dan masyarakat. Teori
merupakan hasil pemikiran ahli yang berlatar belakang dari keadaan yang
dialaminya sendiri, kolompok maupun organisasi yang dipahami secara mendalam
hingga membentuk dalam sebuah analisis dengan bantuan pengetahuan yang
dimiliki. Konflik adalah percekcokan, perselisihan, dan pertentangan. Konflik
juga merupakan ketegangan atau pertentangan di dalam cerita rekaan atau drama
antara dua kekuatan, pertentangan dalam diri satu tokoh, dan/atau pertentangan
antara dua tokoh maupun kelompok.
Untuk
mempelajari dinamika perilaku organisasi, studi pengelolaan konflik layak
manjadi perhatian. Pada saat ini konflik lingkungan perusahaan telah menjadi
fenomena yang sangat umum. Konflik yang terjadi baik pada diri sendiri maupun
konflik yang terjadi pada suatu organisasi akan berdampak buruk pada kinerja.
Amerika Firm Shea dan Gould binasa karena tinggi nya konflik yang terjadi di
dalamnya, itu adalah salah satu dampak nyata sekaligus ancaman dari sebuah
konflik.
Di sisi lain
banyak yang berpendapat bahwa konflik merupakan hal-hal baik yang dapat
menciptakan ide-ide baru, maningkatkan sprit kompetitif, kekompakan dalam tim
dan menanamkan suasana persaudaraan dalam suatu organisasi.
Sedangkan
negosiasi merasuki setiap interaksi dari hampir semua orang dalam kelompok dan
organisasi, ada yang jelas seperti buruh melakukan tawar-menawar dengan
manajemen. Dan ada yang kurang begitu jelas seperti para karyawan, rekan
sejawat, dan atasan agen bernegosiasi dengan pemasok.hal itu tadi ialah contoh
sederhana dari sebuah negosiasi dalam ruang lingkup pemasaran atau pasar secara
sederhana.
Hubungan antara
konflik dan negosiasi sangat lah erat hubungan nya, karena suatu konflik bisa
terselesaikan dengan proses yang namanya negosiasi, baik itu konflik yang di
alami per individu, kelompok maupun organisasi. Peran suasana hati dan sifat kepribadian
dalam negosiasi juga dapat menentukan berjalannya proses negosiasi dengan baik.
Perunding yang mempunyai hati yang positif cenderung memperoleh hasil yang
lebih baik daripada bersuasana hati negatif.
Laki-laki dan
wanita tidak mempunyai perbedaan dalam bernegosiasi. Tetapi gender mempengaruhi
negosiasi walaupun terbatas.keyakinan bahwa wanita lebih menyenangkan dalam
bernegosiasi tidak dapat di jadikan patokan kerena jarang seorang wanita menduduki
posisi manajemen puncak.
1.2.
Pokok bahasan
Adapun rumusan masalah dalam
makalah ini antara lain sebagai berikut:
1. Defenisi Konflik
2. Transisi atau perkembangan tentang
pemikiran konflik
3. Jenis dan proses konflik
4. Teknik pemecahan konflik
5. Defenisi Negosiasi/Perundingan
6. Pendekatan negosiasi
7. Proses Perundingan
8. Isu-isu dalam perundingan
1.3. Tujuan
Adapun
tujuan dari pembuatan makalah ini merupakan sebagai bahan untuk di diskusikan
dan di persentasikan di depan kelas sebagai tugas terstruktur mata kuliah
Perilaku Organisasi. Selain itu kami (penulis) juga berharap semoga makalah ini
bisa bermanfaat dan memberikan informasi tentang Konflik serta penanganannya
dan juga informasi tentang Negosiasi.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
Defenisi Konflik
Konflik berasal dari bahasa latin
(configere) yang artinya saling memukul. konflik juga bisa diartikan dalam
sosiologis yang artinya proses antara 2 orang atau lebih bisa (kelompok) dimana
salah satu pihak berusaha menghancurkannya atau membuat tidak berdaya.
Konflik didefinisikan sebagai sebuah
proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah
memengaruhi secara negative, atau akan memengaruhi secara negative, sesuatu
yang menjadi kepedulian atau kepentingan pihak pertama. Conflict can be defined (Thomas K.A.)1 as the “process that begins when one party perceives
that another party has negatively affected something that the first party cares
about.” Hal ini
menggambarkan satu titik dalam kegiatan yang sedang berlangsung ketika sebuah
interaksi “berubah” menjadi suatu konflik antar pihak.
Berikut ialah defenisi konflik
menurut para ahli:
Lewis a.
Coser : adalah perselisihan mengenai nilai nilai atau tuntutan-tuntutan berkenaan
dengan status, kuasa dan sumber sumber kekayaan yang persediaannya. terbatas.
Leopod Von
Wiese :suatu proses sosial dimana orang perorangan atau kelompok manusia
berusaha untuk memenuhi apa yang menjadi tujuannya dengan jalan menentang pihak
lain disertai dengan ancaman dan kekerasan.
R.J. Rummel
:konfrontasi kekuasaan atau kekuatan sosial.
Duane Ruth-hefelbower :adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu pihak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil.
Duane Ruth-hefelbower :adalah kondisi yang terjadi ketika dua pihak atau lebih menganggap ada perbedaan posisi yang tidak selaras, tidak cukup sumber dan tindakan salahsatu pihak menghalangi, atau mencampuri atau dalam beberapa hal membuat tujuan pihak lain kurang berhasil.
2.2. Transisi atau perkembangan
tentang pemikiran konflik
Pandangan tradisional, bahwa konflik telah menyatakan bahwa
konflik membahayakan dan harus
dihindari, bahwa konflik menandakan adanya kesalahan fungsi dalam kelompok.
Konflik dilihat sebagai hasil disfungsional akibat komunikasi yang buruk,
kurangnya keterbukaan dan kepercayaan antar orang – orang, dan kegagalan pada
manajer untuk tanggap dalam kebutuhan dan aspirasi karyawan. Oleh
karena itu konflik harus dicegah dan dihindari sebisa mungkin dengan mencari
akar permasalahan.
Pandangan hubungan manusia, mengemukakan bahwa konflik adalah hasil yang wajar
dalam semua kelompok dan organisasi dan tidak terelakkan dalam setiap kelompok
dan bahwa itu tidak perlu dianggap buruk, melainkan sebaliknya berpotensi
menjadi kekuatan positif dalam menetapkan kinerja kelompok.
Pandangan
interaksionis,
bahwa konflik tidak hanya dapat menjadi kekuatan positif dalam kelompok tetapi
juga sebagai eksplisit beragumen bahwa mutlak diperlukan sejumlah konflik agar
kelompok dapat berkinerja secara efektif dan mendorong konflik atas dasar bahwa
kelompok yang kooperatif, tenang, damai, dan serasi cenderung menjadi statis,
apatis, dan tidak tanggap terhadap kebutuhan akan perubahan dan inovasi.
Konflik Fungsional vs Disfungsional
Pandangan interaksionis tidak berpendapat semua konflik
adalah baik. Ditinjau dari segi fungsinya, ada dua jenis konflik, yaitu:
1.Konflik Fungsional (Konstruktif)
adalah konflik yang memiliki nilai positif bagi pengembangan organisasi.
2.Konflik Disfungsional (Destruktif) adalah konflik yang
memiliki nilai negative bagi organisasi.
2.3. Jenis dan proses konflik
1. Jenis-jenis konflik yaitu:
a. Konflik tugas adalah konflik atas isi dan sasaran pekerjaan.
b. Konflik hubungan adalah konflik berdasarkan hubungan
interpersonal.
c. Konflik proses adalah konflik atas cara melakukan pekerjaan.
|
Tingkat
konflik
|
Kemungkinan
dampak pada organisasi
|
Organisasi
yang memiliki karakter
|
Tingkat
kinerja organisasi
|
Stuasi
I
|
Rendah
atau tidak ada
|
disfungsional
|
Adaptas
lambat terhadap perubahan
Sedikit
perubahan
Stimulasi
gagasan yang minim
Apati
Stagnasi
|
Rendah
|
Stuasi
II
|
Optimal
|
Fungsional
|
Gerakan
positif ke perubahan
Inovasi
dan perubahan
Mencari
solusi perubahan
Kreativitas
dan Adaptasi yang cepat terhadap perubahan lingkungan
|
Tinggi
|
Stuasi
III
|
Tinggi
|
Disfungsional
|
Gangguan
berat
Menggangu
aktivitas
Sulit
berkkoordinasi
Kekacauan
|
Rendah
|
2. Proses konflik
Proses
konflik terdiri atas lima tahap: potensi oposisi atau ketidakcocokan, kognisi
dan personalisasi, maksud, perilaku, hasil.
Tahap I
|
Tahap II
Kognisi dan Personalisasi
|
Tahap III
maksud
|
Tahap IV
perilaku
|
Tahap V
hasil
|
TAHAP I : POTENSI OPOSISI ATAU
KETIDAKCOCOKAN
Langkah pertama dalam proses konflik adalah adanya
kondisi (syarat) yang menciptakan kesempatan untuk kemunculan konflik itu.
Kondisi itu tidak selalu mengarah ke konflik, tetapi salah satu kondisi itu
perlu agar konflik itu muncul. Kondisi ini (yang dapat dipandang juga sebagai
penyebab atau sumber konflik) juga
bisa dianggap sebagai sebab atau sumber konflik kedalam tiga kategori umum : variabel, komunikasi,
struktur, dan pribadi.
Komunikasi
Potensi Konflik meningkat apabila terdapat terlalu
sedikit komunikasi atau terlalu banyak komunikasi. Saluran yang dipilih dapat
merangsang oposisi. Proses penyaringan yang terjadi ketika informasi
disampaikan para anggota dan penyimpangan komunikasi dari saluran formal atau
yang sudah ditetapkan sebelumnya menawarkan potensi kesempatan bagi timbulnya
konflik.
Struktur
Struktur dalam konteks ini
digunakan dalam artian yang mencakup: ukuran (kelompok), derajat spesialisasi
yang diberikan kepada anggota kelompok, kejelasan jurisdiksi (wilayah kerja),
kecocokan antara tujuan anggota dengan tujuan kelompok,dan gaya kepemimpinan. Makin besar kelompok, dan
makin terspesialisasi kegiatannya, maka semakin besar pula kemungkinan terjadinya konflik.
Variabel
Pribadi
Sistem nilai yang dimiliki
tiap-tiap individu, karakteristik kepribadian yang menyebabkan individu
memiliki keunikan (idiosyncrasies) dan berbeda dengan individu yang
lain.
TAHAP II : KOGNISI DAN PERSONALISASI
Tahap
ini penting karena dalam tahap inilah biasanya isu-isu konflik didefinisikan.
Pada tahap ini pula para pihak memutuskan konflik itu tentang apa. Konflik yang
dipersepsi adalah kesadaran oleh satu atau lebih pihak akan adanya
kondisi-kondisi yang menciptakan peluang munculnya konflik. Konflik yang
dirasakan adalah keterlibatan dalam sebuah konflik yang menciptakan kecemasan,
ketegangan, frustasi atau rasa bermusuhan. Jadi definisi konflik itu penting,
karena lazimnya definisi itu menggambarkan perangkat penyelesaian yang mungkin.
Apabila pada tahap I muncul kondisi yang negatif, maka pada tahap
ini kondisi tersebut didefinisikan, sesuai persepsi pihak yang berkonflik.
Konflik yang dipersepsikan :
kesadaran satu pihak atau lebih atas adanya konflik yang menciptakan peluang
terjadinya konflik
Konflik yang dirasakan :
keterlibatan emosional saat konflik yang menciptakan kecemasan, ketegangan,
frustasi, atau kekerasan.
TAHAP III : MAKSUD
Maksud
(niat) adalah keputusan untuk bertindak dengan cara tertentu. Banyak konflik
semakin rumit karena salah satu pihak salah dalam memahami maksud pihak lain.
Di sisi lain, biasanya ada perbedaan yang besar antara maksud dan perilaku,
sehingga perilaku tidak selalu mencerminkan secara akurat maksud seseorang.
Persaingan
: keinginan memuaskan kepentingan seseorang, tidak mempedulikan dampak pada
pihak lain dalam konflik tersebut.
Kolaborasi
: situasi yg di dalamnya pihak - pihak yang berkonflik sepenuhnya saling
memuaskan kepentingan semua pihak.
Penghindaran : keinginan menarik diri
dari konflik
Akomodasi
: kesediaan satu pihak dalam konflik untuk memperlakukan kepentingan pesaing di
atas kepentingannya sendiri.
Kompromi
: satu situasi yang di dalamnya masing - masing pihak yang berkonflik bersedia
mengorbankan sesuatu.
TAHAP IV : PERILAKU
Pada
tahap inilah konflik mulai terlihat jelas. Tahap perilaku ini meliputi
pernyataan, aksi, dan reaksi yang dibuat oleh pihak-pihak yang berkonflik.
Perilaku konflik ini biasanya merupakan upaya untuk menyampaikan maksud dari masing-masing
pihak.
Apabila
konflik disfungsional terjadi harus diredakan dengan manajemen konflik. Manajemen Konflik adalah
penggunaan teknik – teknik resolusi dan stimulasi untuk memperoleh level
konflik yg diinginkan.
Model Diagnosis Konflik
Pandangan Kontinum dari Leonard Greenhalgh
Menurut Greenhalgh (1999:391), konflik bukanlah suatu
fenomena yang obyektif dan nyata, tetapi ia ada dalam benak orang-orang yang
terlibat dalam konflik tersebut. Karena itu untuk menangani konflik, seseorang
perlu bersikap empati, yaitu memahami keadaan sebagaimana yang dilihat oleh
para pelaku penting yang terlibat konflik. Unsur yang penting dalam manajemen
konflik adalah persuasi, dan inilah bentuk penyelesaian konflik yang selalu
ditekankan oleh Greenhalgh dalam model kontinumnya.
TAHAP V : HASIL
Jalinan
aksi-reaksi antara pihak-pihak yang berkonflik menghasilkan
konsekuensi. Konsekuensi atau akibat ini bisa saja bersifat
fungsional atau disfungsional. Dikatakan bersifat fungsional ketika konflik
tersebut justru menghasilkan perbaikan kinerja kelompok, sedangkan
disfungsional adalah ketika konflik tersebut menjadi penghambat kinerja
kelompok.
2.4. Teknik pemecahan konflik
Teknik
pemecahan konflik
|
|
Pemecahan masalah
|
Pertemuan tatap muka
pihak-pihak yang berkonflik untuk mengidentifikasi masalah dan
menyelesaikannya melalui diskusi terbuka
|
Tujuan superordinat
|
Menetapkan tujuan bersama yang
tidak dapat dicapai tanpa kerja sama dari setiap pihak yang berkonflik
|
Ekspansi sumber daya
|
Ketika sebuah konflik timbul
karena kelangkaan sumber daya (uang,promosi,kesempatan,ruang kantor) ekspansi
sumber daya dapat menciptakan solusi yang saling menguntungkan
|
Penghindaran
|
Penarikan diri dari, atau
penyembunyian, konflik
|
Memperhalus
|
Meminimalkan perbedaan sembari
menekankan kepentingan bersama di antara pihak-pihak yang berkonflik
|
Berkompromi
|
Masih masing-masing pihak yang
berkonflik menyerahkan sesuatu yang bernilai
|
Perintah otoratif
|
Manajemen menggunakan wewenang
formalnya untuk menyelesaikan konflik dan kemudian menyampaikan keinginannya
kepada pihak-pihak yang terlibat
|
Mengubah variabel manusia
|
Menggunakan teknik-teknik
perbuahan perilaku seperti pelatihan hubungan insani untuk mengubah sikap dan
perilaku yang menyebabkan konflik
|
Mengubah variabel struktural
|
Mengubah struktur organisasi
formal dan pola-pola interaksii dari pihak-pihak yang berkonflik melalui
rancang ulang pekerjaan, pemindahanm penciptaan posisi koordinasi, dan
sebagainya.
|
Teknik
peransangan konflik
|
|
Komunikasi
|
Menggunakan pesan-pesan ambigu
atau yang sifatnya mengancam untuk menaikkan tingkat konflik
|
Memasukkan orang luar
|
Menambahkan karyawan ke suatu
kelompok dengan latar belakang, nilai-nilai, sikap, atau gaya manajerialnya
berbeda dari anggota-anggota yang ada sekarang
|
Restrukturisasi organisasi
|
Menata ulang kelompok-kelompok
kerja, mengubah aturan dan ketentuan, meningkatkan kesalingketergantungan,
dan membuat perubahan struktural yang diperlukan untuk menggoyang status quo
|
Mengangkat oposisi
|
Menunjuk seorang pengkritik
untuk secara sengaja mendebat posisi mayoritas yang digenggam oleh kelompok
|
Hasil
Fungsional, konfik dapat menjadi suatu penggerak yang meningkatkan kinerja
kelompok. Konflik bersifat konstruktif ketika hal tersebut memperbaiki kualitas
keputusan, merangsang kreativitas dan inovasi, mendorong minat dan
keingintahuan di antara anggota-anggota kelompok, menyediakan media atau sarana
untuk mengungkapkan masalah dan menurunkan ketegangan, serta menumbuhkan
suasana yang mendorong evaluasi diri dan perubahan. Selain itu, heterogenitas
antaranggota kelompok dan organisasi dapat meningkatkan kreativitas,
memperbaiki kualitas keputusan dan memfasilitasi perubahan dengan cara
meningkatkan fleksibilitas anggota.
Hasil
Disfungsional, konflik dapat menghambat kinerja dari sebuah kelompok. Di antara
konsekuensi-konsekuensi yang tidak diharapkan tersebut, terdapat lambannya
komunikasi, menurunnya kekompakan kelompok, dan subordinasi tujuan kelompok
oleh dominasi perselisihan antaranggota. Yang lebih ekstrem, konflik dapat
menghentikan kelompok yang sedang berjalan dan secara potensial mengancam
kelangsungan hidup kelompok.
2.5.
Defenisi Negosiasi/Perundingan
Sedangkan
defenisi dari Perundingan atau negosiasi merupakan proses yang di
dalamnya dua pihak atau lebih bertukar barang atau jasa dan berupaya
menyepakati tingkat kerjasama tersebut bagi mereka.perundingan atau negosiasi
mewarnai interaksi hampir semua orang dalam kelompok dan organisasi. Contoh
yang jelas antara lain adalah: tawar-menawar serikat buruh dengan manajemen.
Contoh yang kurang jelas: manajer berunding dengan bawahan , rekan sekerja dan
atasan.Kita mendefinisikan negosiasi sebagai proses diman dua pihak atau lebih
berukar barang atau jasa dan berupaya menyepakati nilai barang atau jasa
tersebut.
Defenisi
Negosiasi menurut Robbins (2008) menyimpulkan bahwa negosiasi ialah sebuah
proses dimana dua belah pihak atau lebih melakukan pertukaran barang atau jasa
dan berupaya untuk menyepakati nilai tukarnya.
Dari
defenisi di atas dapat di simpulkan bahwa negosiasi adalah suatu upaya yang di
lakukan antara pihak-pihak yang berkonflik dengan maksud mencari jalan keluar
untuk menyelesaikan pertentangan yang sesuai kesepakatan bersama.
2.6. Pendekatan negosiasi
Terdapat
dua pendekatan umum atas perudingan: tawar menawat disrtibutif dan tawar-menawar
integratif. Keduanya diperbandingkan dalam peraga 14-5.
Tawar-menawar
distributif ialah negosiasi yang
berupaya membagi sumberdaya yang jumlahnya tetap; stuasi menang-kalah. Ciri
khas dari tawar menawar distributif adalah bahwa tawar-menawar itu berjalan pada
kondisi menang kalah. Artinya, setiap apa yang saya dapatkan adalah atas pengorbanan anda, dan sebaliknya.
Ketika melakukan tawar-menawar distributif , taktik seseorang di fokuskan pada
upaya memaksa lawannya menyetujui titik sasaran spesifikasinya atau sedekat
mungkin dengan titik itu. Contoh taktik itu
adalah meyakinkan lawan anda mengenai mustahilnya mencapai titik sasaran
dia dan keuntungan dari menerima penyelesaian di titik sasaran anda.
Tawar
menawar integratif merupakan perundingan yang mencari satu penyelesaian atau
lebih yang dapat menciptakan penyelesaian menang-menang. Kontras dengan tawar
menawar distributif, pemecahan masalah integratif berjalan dengan asumsi bahwa
terdapat satu atau lebih penyelesaian yang akan menciptakan solusi
menang-menang.dari segi perilaku intraorganisasi, jika semua hal yang
berkedudukan sama, tawar menawar integratif lebih di sukai daripada
tawar-menawar distributif. Mengapa? Karena yang pertama membina hubungan jangka
panjang dan mempermudah kerjasama di masa depan. Tawar menawar integratif
mengikat para perunding dan memungkinkan masing-masing menginggalkan meja
perundingan dengan perasaan mendapatkan kemenangan.
Peraga
14-5 tawar menawar distributif versus integratif
|
||
Ciri tawar menawar
|
Ciri tawar menawar distributif
|
Ciri
tawar menawar integratif
|
Sumberdaya
yang tersedia
|
Jumlah Sumberdaya tetap dan harus di bagi
|
Jumlah
sumberdaya variabel harus di bagi
|
Motivasi
primer
|
Saya
menang, anda kalah
|
Saya
menang, anda menang
|
Kepentingan
primer
|
Saling
menentang
|
Mengerucut
dan sama sebangun antara satu orang dengan lainnya
|
Fokus
hubungan
|
Jangka
pendek
|
Jangka
panjang
|
Sumber:
di dasarkan pada R. J. Lewicki dan J. A.Litterer, Negosiasi (Homewood llliois:
Irwin. 1985) hal 280
2.7.
Proses Perundingan
Persiapan dan Perencanaan
Sebelum
anda mulai berunding, anda perlu menyelesaikan pekerjaan rumah, apakah sifat
dasar dari konflik itu, bagaimana sejarah yang memicu perundingan ini?siapa
yang terlibat dan bagaimana mereka mempresepsikan konflik itu?
Defenisi dan aturan-aturan dasar
Setelah
anda menyelesaikan perencanaan anda dan menyusun suatu strategi anda siap menetapkan aturan-aturan dasar dan
prosedur dengan pihak lain mengenai perundingan itu sendiri. Siapa yang akan
melakukan perundingan? Dimana akan diadakan? Apakah waktu akan menjadi
kendala?terbatas pada persoalan apakah perundingan itu akan diadakan?pada tahap
ini, pihak-pihak itu juga akan mempertukarkan usulan atau tuntutan awal mereka.
Penjelasan dan pembenaran
Bila
pendirian awal telah di pertukarkan, anda dan pihak lain akan menerangkan,
menegaskan, memperjelas, memperkuat, dan membenarkan permintaan asli anda. Ini
tidak selalu bersifat konfrontasional.sebaliknya ini merupakan kesempatan
saling mendidik dan memberi informasi mengenai persoalan, mengapa persoalan itu
penting dan bagaimana cara masing-masing pihak menghasilkan permintaan awal
mereka. Inilah titik dimana anda mungkin berkeinginan memberikan pihak lain
setiap catatan yang membantu mendukung posisi anda.
Tawar-menawar dan pemecahan masalah
Hakikat
proses perundingan ialah proses aktual memberi dan menerima sebagai upaya
memperbincangkan persetujuan, tidak di ragukan disinilah kompromi perlu di buat
oleh kedua belah pihak
Penutupan dan implementasi
Langkah
terakhir dalam proses perundingan ialah memformalkan persetujuan yang telah di
wujudkan dan menyusun setiap prosedur yang di perlukan untuk pelaksanaan dan
perundingan serikat buruh-manajemen, tawar menawar mengenai persyaratan
sewa,sampai pembelian sebidang real astat, sampai ke perundingan tawaran
pekrjaan untuk posisi menajemen senior perundingan ini akan memerlukan
pengesahan hal-hal spesifik ke dalam kontrak formal. Tetapi untuk sebagian
besar kasus, penutupan proses perundingan tidak lebih formal daripada jabat
tangan.
2.8.
Isu-isu dalam perundingan
Kita
menutup pembahasan mengenai perundingan dengan meninjau ulang empat persoalan
kontemporer dalam perundingan: peran ciri kepribadian , perbedaan jenis kelamin
dalam perundingan, dampak perbedaan budaya pada gaya perundingan, dan
penggunaan pihak ketiga untuk membantu menyelesaikan perbedaan.
Peran ciri kepribadain dalam
perundingan
Penilaian
keseluruhan atas hubungan antara
kepribadian perundingan, menemukan bahwa ciri dari kepribadian tidak
mempunyai dampak langsung yang mencolok baik pada proses tawar menawar maupun
pada hasil perundingan. Kesimpulan ini penting, kesimpulan ini mengemukakan
bahwa anda harus berkonsentrasi pada persoalan dan faktor situasi dalam setiap
episode tawar menawar dan bukan pada kepribadian lawan anda.
Perbedaan jenis kelamin dalam
perundingan/negosiasi
Bukti
mengemukakan bahwa sikap wanita terhadap perundingan dan terhadap diri mereka
sendiri sebagai juru runding tampak nya agak berbeda dari sikap seorang pria.
Wanita manajerial menunjukan kepercayaan diri lebih rndah dalam antisipasi
perundingan dan kurang puas dengan kinerja mereka sesudah proses itu rampung,
meskipun sesungguh nya kenerja dan hasil yang mereka capai sama dengan apa yang
telah di capai oleh pria.kesimpulan terakhir ini mengungkapkan bahwa wanita
mungkin terlalu menghukum dirinya sendiri jika tidak bisa bergabung dalam
perundingan-perundingan ketika tindakan tersebut merupakan kepentingan terbaik
mereka.
Perbedaan budaya dalam perundingan
Walaupun
tampaknya tidak ada hubungan langsung yang berarti antara kepribadian dan gaya
runding individu, latar belakang budaya tampaknya justru relevan. Gaya runding
jelas lebih beraneka ragam di antara budaya-budaya nasional.konteks budaya dari
perundingan sangat mempengaruhi jumlah dan tipe persiapan tawar menawar ,
tekanan relatif pada gubungan tugas lawan antarpribadi, taktik yang di gunakan
bahkan kapan perundingan itu hendaknya di jalankan.
Perundingan pihak ketiga
Sampai
titik inikita telahmembahas tawarmenawar dalam perundingan langsung. tetapi
kadang-kadang individu atau wakil kelompok mencapai jalan buntu dan tidak mampu
menyelesaikan perbedaan mereka melalui perundingan langsung. Dalam kasus
semacam itu mereka mungkin berpaling ke pihak ketiga untuk membantu mereka
menemukan penyelesaian. Terdapat empat peran mendasar pihak ketiga: mediator
(penengah), afbitrator (wasit), konsiliator (perujuk), dan konsultan.
Mediator
ialah pihak ketiga netral yang mengasilitasi penyelesaian perundingan dengan
menggunakan penalaran dan persuasi, menyarankan alternatif dan
semacamnya.mediator secara luas digunakan dalam perundingan serikat buruh
manajemen dan dalam pertikaian pengadilan perdata.
Arbitator merupakan
pihak ketiga yang mempunyai wewenang memaksakan kesepakatan. Abitrasi dapat
bersifat sukarela (diminta) atau wajib (dipaksakan pada pihak-pihak oleh
undang-undang atau kontrak).
Otoritas
atas wewenang arbitrator itu beraneka ragam merurut aturan yang di tentukan
olah para peruding. Misalnya arbitrator mungkin terbatas pada memilih tawaran
terakhir atas salah satu perundingan atau pada menyarankan titik persejuan yang
tidak mengikat atau bebas memilih dan membuat setiap pertimbangan yang dia
inginkan. Kelebihan dari abitrasi bila di bandingkan dengan mediasi ialah bahwa
abitrasi selalu menghasilkan penyelesaian.
Konsiliator merupakan
pihak ketiga yang terpercaya yang berperan sebagai pengubung komunikasi
informal antara perunding dengan lawannya.
Perujukan digunakan
secara luas dalam segketa internasional, perburuhan, keluarga dan
komunitas.membandingkan efektifitasnya dengan mediasi ternyata sulit karena
keduanya banyak sekali mengalami tumpang tindih. Dalam perakteknya lazimnya perujuk
lebih dari sekedar menjalankan komunikasi. Mereka juga melakukan pencarian
fakta, penafsiran pesan dan pembujukan terhadap mereka yang bersengketa untuk
mencapai kesepakatan.
Konsultan
adalah pihak ketiga yang terampil dan tidak berat sebelah yang berupaya
memudahkan pemecahan masalah melalui komunikasi dan analisis yang di bantu
dengan pengetahuannya mengenai manjemen konflik. Kontras dengan peran-peran
diatas, peran konsultan tidaklah untuk menyelesaikan persoalan tetapi, lebih
keperbaikan hubungan antara pihak-pihak yang berkonflik sehingga mereka dapat
mencapai penyelesaiannya sendiri.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Konflik didefinisikan sebagai sebuah
proses yang dimulai ketika satu pihak memiliki persepsi bahwa pihak lain telah memengaruhi
secara negative, atau akan memengaruhi secara negative, sesuatu yang menjadi
kepedulian atau kepentingan pihak pertama.
Perkembangan pemikiran tentang konflik ada 3
yaitu: pandangan tradisional, pandangan hubungan manusia, serta pandangan interaksionis.
Proses konflik terdiri dari lima tahap yaitu: Potensi
oposisi atau ketidakcocokan, Kognisi dan personalisasi, Maksud, Perilaku dan
hasil.
Perundingan
atau negosiasi merupakan proses yang di dalamnya dua pihak atau lebih bertukar
barang atau jasa dan berupaya menyepakati tingkat kerjasama tersebut bagi
mereka.perundingan atau negosiasi mewarnai interaksi hampir semua orang dalam
kelompok dan organisasi.
Proses
negosiasi terdiri dari: persiapan dan perencanaan, defenisi aturan dasar,
penjelasan dan pembenaran, tawar menawar dan pemecahan masalah, dan penutupan
dan pelaksanaan.
Daftar pustaka
Stephen P. Robbins.2008.Perilaku Organisasi.Edisi ke-10. Prentice Hall, Inc,
Robert Kreitner dan Angelo Kinicki.2000.
Organizational Behavior.The McGraw-Hill
Companies, Inc.
Wood, et al., Organizational Behavior, an Asia-Pasific Perspective,
John Willey & Sons, Australia Edition, 1998.
www.google.com.
online.di akses tanggal 30 september 2013.
No comments:
Post a Comment